Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Hosting Unlimited Indonesia

Iklan

Hosting Unlimited Indonesia

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Ribuan Penari Padati ISI Surakarta Dan Menari Bersama

Senin, 28 April 2025 | April 28, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-04-29T05:58:09Z


SURAKARTA – mediajatengindonesia.com  
Kampus ISI Surakarta kembali menjadi pusat perayaan Hari Tari Dunia, dengan digelarnya 24 Jam Menari ke-18 pada 29 hingga 30 April 2025. Festival yang mengusung tema "Skena Menari: Bersua, Bercengkerama, Berkelana" ini menghadirkan lebih dari 3.000 penari dari 131 komunitas tari nasional serta satu partisipan mancanegara, menjadikan Solo sebagai kota yang menari tanpa henti (29/04/2025).

Gerakan yang Tak Pernah Padam  

Sejak pagi, ribuan penari telah memadati berbagai panggung di lingkungan ISI Surakarta, menampilkan berbagai gaya tari dari berbagai daerah. Festival ini terbagi dalam tiga agenda utama yang merepresentasikan dinamika tari dalam aspek eksplorasi, pertunjukan, dan daya tahan:  

1. Skena Menari merupakan ruang interaksi dan eksplorasi tari bagi komunitas dari berbagai daerah.  
2. Festival 24 Jam Menari menghadirkan panggung utama bagi para penari yang ingin menunjukkan karya terbaiknya.  
3. Penari 24 Jam menjadi tantangan bagi penari dan musisi untuk bertahan menari dan bermusik tanpa henti selama 24 jam nonstop.  

Salah satu atraksi yang paling mencuri perhatian adalah aksi seorang penari 24 jam yang memulai tariannya sejak turun dari kereta di Stasiun Solo Balapan, kemudian berjalan menuju Kampus ISI Solo di Kentingan sambil terus menari, membuat perjalanan ini menjadi bagian dari narasi tari yang tidak terputus.  

Lokasi dan Pertunjukan Spektakuler  

Festival 24 Jam Menari berlangsung di lima titik utama di ISI Surakarta, yaitu:  

1. Halaman Rektorat  
2. Pendapa GPH Djoyo Kusumo  
3. Teater Kecil  
4. Teater Gendon Humardani  
5. Teater Kapal  

Selain itu, berbagai pertunjukan menarik turut memeriahkan acara, di antaranya:  

1. Opening Ceremony dan Orasi Budaya oleh Hilmar Farid, Ph.D.  
2. Panggung Skena, menampilkan berbagai format tari seperti Gendon Legacy, Kio Dancing, Tari Kontemporer, International Folk Dance, dan Disable Dancing.  
3. Sajian Tari Klasik dari Keraton Yogyakarta, Pura Pakualaman, dan Pura Mangkunegaran.  
4. Penari Nonstop 24 Jam dan Pemusik Nonstop 24 Jam yang memberikan pengalaman seni tanpa jeda.  
5. Pertunjukan Festival, menghadirkan penampilan dari berbagai komunitas tari.  
6. Closing Ceremony dan Bazar Produk Kreatif, memberikan ruang bagi UMKM serta ekonomi kreatif untuk berkembang.  
  
Festival ini disambut dengan antusiasme tinggi dari para penonton dan peserta yang ikut serta dalam perayaan. Rina, salah satu pengunjung, mengungkapkan kekagumannya terhadap festival ini.  

"Saya datang sejak pagi, dan setiap sudut kampus terasa penuh dengan energi penari. Acara ini luar biasa! Tidak ada henti, semua panggung selalu ada gerakan dan ekspresi yang menarik. Solo benar-benar kota yang menari!"  

Sementara itu, Damar, seorang penari yang ikut dalam pertunjukan massal, mengaku bahwa pengalaman ini memberinya kesempatan berharga untuk berinteraksi dengan seniman dari berbagai daerah.  

"Menari di festival sebesar ini bukan hanya tentang gerakan tubuh, tetapi juga bagaimana kita merayakan kebersamaan dalam seni. Saya bertemu banyak penari dari berbagai kota, berbagi inspirasi, dan merasakan bagaimana tari bisa menyatukan kita semua," ujarnya penuh semangat.  

Festival 24 Jam Menari menjadi ruang yang tidak hanya mempertemukan penari dari seluruh Indonesia, tetapi juga membuka dialog seni yang memperkaya pengalaman kolektif.  

Solo, Kota yang Menari Bersama  

Festival ini bukan sekadar pertunjukan, tetapi bukti nyata bahwa Solo adalah kota dengan denyut seni yang terus hidup.  

Ketika ribuan penari bergerak bersama, Solo bukan hanya sekadar kota, tetapi panggung bagi perayaan budaya tanpa batas!.  

( Pitut Saputra )
×
Berita Terbaru Update